Album Baru Lolot Digarap Kilat tapi Istimewa

Lolot-aSETELAH dua kali melepas single, “Galungan dan Kuningan” serta “Aluh-aluh Keweh”, Lolot akhirnya merilis album penuh. Satu album berjudul “Semeton Bali” akan melengkapi koleksi para Bali Rocker, sebutan untuk penggemar grup musik ini. Selain digarap kilat dalam waktu singkat, ada beberapa hal istimewa dari album ini. Mulai dari urutan album dan jumlah lagu, waktu peluncuran, hingga kemasan album dan acara peluncuran.

Menandai peluncuran kali ini Lolot mengelar sendiri satu acara konser khusus di Lapangan desa Luwus, Baturiti, Tabanan, Sabtu (2/3). “Biasanya kami tampil mengisi acara yang dibikin pihak lain. Ini pertama kalinya kami tampil di acara konser yang kami buat sendiri. Berkat dukungan dari para Bali Rocker, serta rekan EO dan vendor,” ujar Lanang, bassist Lolot, saat temu wartawan di Renon, Kamis (28/2).

Bicara mengenai album ke-9 yang memuat 9 lagu dan dirilis pada sasih kesanga (bulan ke-9 dalam penanggalan Bali), Made Bawa alias Lolot mengatakan “Semeton Bali” menjadi album Lolot yang tercepat proses penggarapan. Rekaman berlangsung secara kilat, memakan hanya waktu sekitar dua minggu, namun tentunya tak mengurangi keinginan untuk menampilkan yang terbaik.

Menurut Lolot, semua tak lepas dari kesibukan masing-masing personel, yang agak susah bertemu penuh secara khusus untuk membicarakan rekaman. Jadilah proses rekaman awal dilakukan masing-masing personel dengan komunikasi yang intens, sebelum digarap secara utuh dan proses mixing.

“Di album ini tema lagu kami lebih panyak menampilkan pesan moral, sosial kemasyarakatan dan budaya. Lagu bertema cinta Cuma ada satu,” terang Lolot.

Dari Sembilan lagu di album “Semeton Bali”, dua lagu sudah diperkenalkan sebelumnya sebagai single, “Galungan dan Kuningan” serta “Aluh-aluh Keweh”. Lainnya ada lagu “Baladewa”, “Belog Polos Ngemplongin”, “Kumpul Kebo”, “Sinah Melah Uli di Sisi”, “Apa Buin Pikir”, “Ibi Puan Punyah” dan “Semeton Bali”.

“Kali ini kami ingin menampilkan musik yang aransemennya tidak terlalu rumit. Penggarapan musiknya tak terlalu direncanakan, spontan saja. Begitu juga proses mixing tidak terlalu kencang, inginnya menyuguhkan musik yang tak jauh berbeda, seperti halnya saat kami live concert,” jelas Donnie Lesmana, sang gitaris.

Yang menarik, pembuatan album ke-9 Lolot melibatkan para Bali Rocker sebagai “produser”. Album yang diedarkan dalam boxset  — berisi CD audio, T-Shirt, dan sticker — sudah dipasarkan sebelumnya dengan cara pre order. Meskipun dilepas dengan harga Rp 225 ribu, album yang sampulnya digarap dengan artwork  unik dan apik ini peminatnya cukup banyak.  “Setiap Bali Rocker yang sudah memesan album ini sebelumnya juga kami berikan sertifikat, sebagai ucapan terima kasih atas keikutsertaaannya menjadi produser album ini,” tambah Hendra, drummer Lolot.

Dengan rilis album ke-9, personel Lolot makin kuat dengan komitmen untuk menjaga keutuhan grup dan akan tetap konsisten menghasilkan karya musik. Lolot menjadi pionir grup band yang rekaman lagu berbahasa Bali sejak 2003 dengan rilis album “Gumine Mangkin”. Di album kedua  2004, mereka memproklamirkan diri sebagai pengusung “Bali Rock Alternatif”. Setahun kemudian, 2005 muncul album “Meong Garong”, disusul album “The Best of Lolot” (2006), dan “Saling Caplok” (2007). Sempat vakum dua tahun, Lolot muncul sendiri dengan album “Pejalan Hidup” (2009). Empat tahun berikutnya, Lolot kembali bangkit dalam formasi grup band dengan merilis “Nyujuh Gumi” (2013), diikuti dengan “Manusa Raksasa” (2017), dan yang terbaru “Semeton Bali” (2019). (231)

Lolot-b Lolot-c

About the author