“Tabir Kelam”, Ajakan Made Mawut untuk Menolak Lupa

Made Mawut

MUSISI delta blues dari Bali, Made Mawut, pekan lalu memperkenalkan lagu baru sekaligus video musik berjudul “Tabir Kelam”. Lewat karyanya ini, ia mencoba mengajak sesiapa saja untuk menolak lupa khususnya terhadap peristiwa kelam 1965.

Peristiwa yang masih menyisakan banyak tanda tanya itu, mengundang keresahan Made Mawut, yang kemudian dituangkannya ke dalam lirik lagu. Sekaligus ia mengajak semua orang ingat akan sejarah negeri.

“Peristiwa itu tidak diungkap hingga kini sehingga ada sesuatu yang penting hilang dalam catatan sejarah bangsa ini. Namun seiring berjalannya waktu alam akhirnya menguak kisah itu, dan salah satunya di Pantai Cucukan, Gianyar,” ujarnya.

Di karyar barunya ini, Made Mawut mengajak duo folk Nosstress untuk berkolaborasi. Di mata Dadang Pranoto selaku produser, sosok Made Mawut kerap berbuat “nyeleneh” dari setiap lirik yang digarapnya, tapi pesannya jelas tanpa basa-basi. Baginya musik adalah media popular, menjadi pengeras suara-suara bawah tanah.

“Ini menjadi penting karena di lagu baru yang berjudul Tabir Kelam ini dia merubah suatu cerita yang puluhan tahun senyap kembali dia gaungkan hanya dalam durasi lagu 4.16. Itu luar biasa,” ucapnya.

Dadang mengaku sebagai produser tidak berpikir panjang untuk memutuskan apa yang harus kami lakukan dengan karya ini. Baginya, musik atau karya seni tetap harus punya guna, dan lagu ini akan sangat bermanfaat dan menjadi literasi pengetahuan sejarah bangsa ini melalui musik.

Dari sisi visual dieksekusi dengan apik oleh Hadhi Kusuma yang didapuk sebagai sutradara, dibantu Baskara Putra menata gambar.

“Ketika Made menceritakan konsep video lagu Tabir Kelam, saya bersemangat ingin segera menggarap. Kami mendaulat Baskara Putra, seorang fotografer untuk kolaborasi sebagai penata gambar di video musik ini, karena ia memiliki nuansa gambar yang cocok disandingkan dengan lagu ini,” jelas Hadhi Kusuma.

Intinya, dari lagu juga video musik “Tabir Kelam”, Made Mawut ingin mengajak lebih tahu, menolak lupa dengan apa yang terjadi pada peristiwa kelam 65.

“Apapun yang terjadi di masa lalu ini terlepas dari siapa yang benar atau salah. Bagi saya peristiwa itu patut diketahui kebenarannya oleh tiap generasi, sehingga kita sama-sama bisa belajar dari peristiwa itu dan tak mengulangi lagi,” tandasnya. (231)

About the author