
BAGAIMANA rasanya apabila ungkapan sayang kepada gadis pujaan hati diterima, cinta akhirnya terbalas setelah sekian lama memperjuangkannya? Bagai kejatuhan bulan, atau dalam bahasa Balinya, buka gelebugin bulan. Begitulah ungkapan D’Ariek dalam rekaman terbarunya yang dirilis bertepataan saat Valentine lalu.
Menurut penyanyi yang tampil penuh diiringi band ini, lagu “Gelebugin Bulan” sudah ia tulis dua tahun silam dan sempat dirilis namun tanpa video musik. Ceritanya tentang seorang pemuda yang jatuh cinta dengan gadis pujaaan hatinya. Perlu waktu lama untuk meyakinkan, butuh perjuangan untuk memenangkan cinta sang pujaan hati.
“Meskipun harus menunggu lama tapi akhirnya cinta pun terbalaskan. Saking bahagianya, cinta yang berbalaskan itu diungkapkan seperti gelebugin bulan, rasa bahagia yang tidak terungkapkan kata-kata,” jelas D’Ariek.
Dikatakan, keputusan merilis video musik “Gelebugin Bulan” yang berirama reggae setelah muncul banyak permintaan mengapa tidak membuat video klip. Proses rekaman berlangsung selama sebulan, di mana proses rekaman dilakukan secara live melibatkan pemain band yang terbilang musisi lama rekannya seperti Widi (bass), Yogi (gitar), Kumkum (drum), dan Dewa Andy (keyboard). Untuk penggarapan video musik dipercayakan kepada Kadek Dwi Murjiana (Pandarel).
“Gelebugin Bulan” menjadi single terbaru D’Ariek setelah sederet lagu seperti “Cinta Gila”, “Whatever”, “De To Sangetange”, “tresna Matimpal”, “Kusadari”, “Tanpamu”, “Magedi”, dan “Masa Lalu”. Musisi bernama lengkap I Made Arisandhi ini mulai bermusik pada tahun 1999 dengan membentuk band yang membawakan lagu-lagu rock klasik hingga heavy metal dari band kenamaan seperti Deep Purple, Iron Maiden, Helloween, dan sebagainya. Tahun 1999 kami sempat menjadi juara favorit festival rock se-Jawa dan Bali yang digelar oleh Diamond Mountain.
Setahun kemudian, pria kelahiran 1981 ini mencoba untuk bermain di pub-pub di seputaran Legian dan Kuta. Ia pun mulai mempelajari dan lebih banyak lagi aliran musik. Hingga saat memutuskan berkarya di lagu pop Bali sejak dua tahun lalu, staf pada Program Studi Pascasarjana Fakultas Kedokteran Unud ini ia masih memainkan beragam musik.
“Ini salah satu impian saya dari dulu. Karena saya melihat lagu pop Bali makin hari makin berkembang, sehingga saya merasa tertantang untuk turut berkarya. Meskipun urusan syair atau lirik lagu masih menggunakan bahasa Bali dengan campuran bahasa Indonesia dan Inggris. Saya memutuskan untuk memainkan segala jenis aliran musik agar tidak monoton, siapa tahu ke depan bisa memberi nuansa baru di lagu pop Bali,” demikian D’Ariek. (231)
