Lama Tertunda, Akhirnya Joyride Kembali

Joyride

BAND indie dari Denpasar, Joyride kembali lagi. Setelah sekian lama vakum, mereka memutuskan untuk merilis rekaman baru lagu lama. Maksudnya? Iya, satu lagu berjudul “Aku Kan Kembali” yang diperkenalkan trio ini adalah lagu lama yang tertunda, belum sempat dirilis.

“Ceritanya sebelum vakum cukup lama karena personel disibukkan oleh pekerjaan dan keluarga masing-masing, kami sempat menciptakan sebuah lagu bertajuk Aku Kan Kembali pada tahun 2013, namun belum sempat dirilis,” ujar Joe, vokalis sekaligus gitaris Joyride.

Dikatakan, lagu Aku Kan KemBali juga bisa dimaknai sebagai ekspresi kecintaan pada pesona Pulau Dewata yang juga telah bangkit kembali setelah sempat dihantam pandemi dua tahun terakhir.

“Lirik lagu ini menegaskan bahwa kemanapun kami pergi, sesukses apa pun kiprah karier kami nanti, namun Bali akan tetap jadi ‘rumah’ yang abadi di hati dan pikiran secara pribadi,” tukas Joe.

Sebagai penanda kiprah kembali di belantika musik di Bali, Joyride mengadakan showcase dua kali di dua tempat yang berbeda di Denpasar, 10 dan 17 Desember 2022. Menurut Joe, ia bersama Billy dan tidak berharap muluk-muluk. Joyride kembali semata untuk menyalurkan lagi kreativitas bermusik kami serta menghibur “JR Family” dan penikmat musik dengan karya-karya baru mereka nantinya.

Joyride dibentuk 2005, bermula dari gagasan dua sahabat sejak SMA, Billy dan Joe. Berikutnya Doni bergabung dan melengkapi formasi trio dengan nama Shout for Joy (SFJ). Setelah menciptakan sejumlah lagu orisinil bernafaskan pop punk dan emo, SFJ bertransformasi menjadi Joyride dan mulai angkat nama dengan lagu seperti “Bara Dalam Asa” dan “Senang Sebuah Perjalanan” yang secara harfiah menggambarkan filosofi nama band itu sendiri, yakni proses atau perjalanan yang terkadang lebih menyenangkan untuk dilalui ketimbang saat sampai di tujuan.

Setelah album “Senang Sebuah Perjalanan” yang memuat 8 lagu, Joyride masih sempat merilis “Bukan Tanpa Makna” (2013) dan “Indah CeritaCinta” (2016) hingga vakum beberapa lama. (231)

About the author