
PENYANYI lagu pop Bali, Ary Kencana membuktikan lagu terbarunya yang berjudul “Sayangin Saenune Maurip” tak hanya menarik, tetapi juga menyentuh perasaan pendengarnya yang merasakan keharuan. Sedari awal ia percaya lagu ini bisa membuat yang mendengarkan “meleleh”.
“Saya rasa sekitar 99 persen dari kita merasakan kisah seperti ini. Penyesalan akan sikap kita yang tak memperhatikan orangtua selama hidup, hingga mereka tak ada,” ujar Ary
Ia pun menyebutkan beberapa bagian dari lirik lagu “Sayangin Seenune Maurip” yang sangat berhubungan dengan kisah nyata kebanyakan.
Pipise bekelin, kal gena masih sing nyidaang melanjaang. Dedaaraan jaan-jaan kal sodaang, masih kal sing nyidaang ngajengin. Nguda sing di enuna maurip iraga nyayangin, nguda di subane mati mara maselselan. (Membekali uang, untuk apa, toh tidak bisa dibelanjakan. Makanan enak-enak dihaturkan, toh juga tak akan bisa dinikmati. Mengapa tidak sewaktu masih hidup kita sayangi, mengapa setelah meninggal baru kita menyesal?)
Ada cerita menarik, satu ketika Ary Kencana tampil mengisi acara di salah satu tempat di Negara. Panitia sekira tiga kali memperingatkan agar ia tidak menyanyikan lagu “Sayangin Saenune Maurip”. Ternyata panitia khawatir kalau lagu itu dinyanyikan akan dapat membangkitkan emosi, membuat histeris sejumlah penonton terutama dari keluarga yang punya hajatan baru beberapa hari sebelumnya meninggal dunia.
Tanpa bermaksud sok menggurui, penembang “Putih Bagus”, “Bli Kuli Luh” ini mengatakan belakangan ia menggarap lagu yang isi lagunya memang banyak orang merasakan. Kalau lagu yang berkenaan dengan kisah pribadi sendiri misalnya, mungkin takkan bertahan lama karena tak semua merasakan.
Pengalaman menarik selama penggarapan lagu “Sayangin Saenune Maurip” dirasakan nyaris oleh semua orang yang terlibat di dalamnya. Misalnya saat rekaman di suara, Ary Kencana mengaku tidak kuat melanjutkan menyanyi satu bait lagi untuk pengulangan setelah bagian reff. Ia pun “menyerah” dan keluar ruangan studio sebelum proses rekaman berakhir.
Dek Artha yang menggarap aransemen musik juga sempat menangis saat mengerjakan projek ini, terlebih mengalami duka ditinggal orangtua meninggal tak lama sebelumnya. Pengalaman serupa juga dirasakan tim yang terlibat suting video klip di bawah arahan vidrographer Yasa Sega.
“Lagu ini jadinya kayak menghipnotis. Itu cerita nyata yang saya alami,” kata Ary saat berbincang-bincang di podcast Oke Made.
Jika kemudian lagu ini terasa menyentuh bagi kebanyakan penggemar, menurutnya mungkin karena ia tidak mau tanggung-tanggung dalam menciptakan lagu. Ketika membuat lagu romantis, liriknya harus benar-benar romantis. Kalau mau lagu bertema sosial, harus terasa sisi sosialnya. Kalau mau lucu, sekalian lucu habis-habisan. Begitu pun kalau lagu sedih, ya sekalian bikin menangis.
Apa yang mendorong Ary Kencana belakangan lebih sering membuat lagu bertema kemanusiaan, sosial kemasyarakatan? “Mungkin tingkat kedewasaan ya? Umur juga mempengaruhi,” kilahnya.
Sejatinya, lagu “Sayangin Saenune Urip” sudah ada cukup lama, namun sekira setahun tertunda penggarapan video klipnya karena belum demi mendapatkan pemeran yang tepa. Awalnya Ary Kencana tidak bersedia memerankan dirinya sendiri karena khawatir tak dapat menaha emosi. Bahkan ia juga sempat juga menunjuk Yan Tawan selaku produser untuk berperan. Setelah lama bertimbang akhirnya Ary bersedia memerankan diri sendiri sebagai anak ketika menghadapi kematian sang ibu.
“Saat suting, Ary tak henti-hentinya menangis. Sebelum video klip dirilis, tiap orang yang saya perlihatkan video ini, tanpa merasa meneteskan air mata. Semoga ini dapat memberi pesan kepada kita semua, yang masih memiliki orang tua, jika belum bisa membahagiakan mereka paling tidak janganlah menyakiti perasaan mereka,” komentar Yasa Sega sebagai sutradara.
Belum genap seminggu dirilis melalui Youtube, hingga Minggu (26/12) video klip “Sayangin Saenune Maurip” sudah mencapai 340 ribu lebih penayangan. (231)