Respons Gus Teja, Putu Candrawati Rilis “Kidung Alam”

Putu Candrawati

TERTARIK dan merasa sangat terinspirasi dengan karya Gus Teja, Putu Candrawati langsung merespons dengan ide membuat rekaman “Kidung Alam”. Sesuai dengan judul juga pesan di dalam lagu, video musik lagu ini digarap apik dengan menampilkan keindahan alam Bali. Dalam waktu dua hari sejak diunggah di kanal philomusica di Youtube 10 September lalu, karya ini sudah dilihat 2.000 viewers.

Ini bukan kali pertama Putu Candrawati bekerja sama dengan Gus Teja. Sebelumnya, ia sudah sempat menggandeng musisi asal Junjungan, Ubud itu untuk hadir dan mengisi konten di kanal Youtubenya. Berawal dari sana pula akhirnya ada ketertarikan untuk merespons karya terbaru Gus Teja, “Song of Nature”.

Dalam benaknya, instrumental yang dibuat oleh Gus Teja sangat bagus. Namun mungkin ada yang tak bisa menangkap makna atau pesan yang tersirat dalam musik tersebut. Karenanya ia berpikir untuk mencoba mengisi, menerjemahkan dari bahasa musik ke dalam rangkaian kata-kata.

Kepada wartawan di Denpasar, Minggu (12/9), Putu Candrawati mengatakan ia hanya butuh waktu satu jam untuk merampungkan lirik “Kidung Alam” dan sedikit di bawah ‘tekanan’ sang suami sebagai produser, karena keesokan harinya sudah dijadwalkan bertemu dengan Gus Teja untuk mencoba kolaborasi bertiga. “Jadi mau nggak mau lagunya harus ready kan?” ujarnya.

Ia pun mengakui, kalau ditelaah, sesungguhnya makna lirik “Kidung Alam” cukup dalam. Namun ia mencoba mengemasnya secara ringan agar publik yang mendengarkan tak terlalu merasa berat. Bagaimana pesan mengenai tiga fase dalam kehidupan ini, sedari dalam kandungan hingga lahir dan tumbuh, beranjak remaja dan dewasa dengan berbagai tantangan-tantangan baru, hingga pada saatnya semua akan mengakhiri kisah di dunia ini seperti ungkapan kalimat pada bagian reff, “padamu daku datang, padamu ku ‘kan pulang”.

Untuk mewujudkan idenya itu, Putu Candrawati sekali lagi menghubungi Ketut Sila dari Sila Studio, yang sudah beberapa kali dipercaya menangani rekamannya. “Saya pikir karya ini bagus, kenapa tidak sekalian saja dibuat dengan sungguh-sungguh dan maksimal. Sayang kan kalau dibuat sekadarnya,” komentar Sila.

Sebetulnya tak perlu waktu lama bagi Sila untuk memenuhi permintaan Putu Candrawati untuk dibuatkan aransemen musik dan persiapan rekaman. Namun karena situasi PPKM, di awal-awal proses komunikasi dilakukan lewat WA, termasuk pengiriman demo rekaman dan lainnya.

Awalnya Sila bermaksud membuatkan musik yang lebih rancak, namun ternyata kurang sesuai. Putu Candrawati kemudian memberikan beberapa referensi seperti lagu-lagu folk karya duet Franky & Jane. Tak berpikir panjang, Sila setuju, apalagi mempertimbangkan vokal Putu Candrawati yang “masuk” dan pas dengan jenis musik serupa.

Sementara itu Gus Teja yang dihubungi terpisah mengatakan, awalnya ia dihubungi oleh Putu Candrawati yang meminta izin untuk memberi lirik pada lagu “Song of Nature” dan merekam ulang dengan judul “Kidung Alam”. Melihat banyak konten Putu Candrawati di Youtube tentang alam dan lingkungan, juga lirik yang dibuat bagus, Gus Teja tak ragu untuk mengiyakan permintaan tersebut. Termasuk untuk mengisi bagian suling seperti pada lagu aslinya, pun ketika diminta turut tampil di video musiknya.

Putu Candrawati saat peluncuran lagu sekaligus video musik “Kidung Alam”

DUKUNGAN SUAMI – Putu Candrawati bukanlah orang baru di bidang musik. Sudah sejak lama istri Wakapolda Bali, Brigjen. Pol. Drs. I Ketut Suardana, M.Si. ini menggemari musik. Tak hanya menciptakan lagu dan menyanyi, ia juga bisa memainkan alat musik seperti gitar.

Ketertarikannya yang kuat di bidang seni, bak gayung bersambut, mendapat dukungan dari sang suami yang juga sangat dekat dan hobi seni. Tak hanya memberi kesempatan kepada sang istri berkarya di tengah tugas dan kewajibannya, ia juga kerap memotivasi dan memberikan masukan-masukan.

Sarjana Sastra Inggris yang juga tertarik dengan dunia jurnalistik bahkan sempat menulis buku ini mengatakan keterlibatannya di dunia musik dan rekaman bukanlah untuk mengejar popularitas seperti mereka yang memang berprofesi sebagai penyanyi. Selain untuk menyalurkan bakat dan hobi, lewat karya ia lebih ingin menyuarakan kepedulian terhadap alam dan lingkungan. Tak heran karenanya, dari 90 lebih lagu yang sudah ia ciptakan, bisa dihitung dengan jari lagu yang bertemakan cinta. Sebagian besar lagu dibuatnya dengan lirik berbahasa Inggris, sedangkan yang berbahasa Indonesia hanya sekira 20 persen saja.

“Paling sedikit memang yang berbahasa Bali. Bukan kenapa, saya merasa untuk membuat lirik berbahasa Bali harus menggunakan bahasa yang benar-benar pas, dan saya merasa sedikit kesulitan menemukan kata dalam bahasa Bali untuk beberapa ide yang ingin saya sampaikan di lagu,” ujarnya.

Setelah rilis “Kidung Alam”, sudah ada sekira 5 lagu lain yang tengah diproses dan direncanakan akan dirilis dalam satu mini album atau mungkin album penuh. Selain lagu berbahasa Indonesia, tentu ia juga akan menyanyikan lagu berbahasa Bali yang bocorannya, menggunakan bahasa Bali alus madya. Menurut Putu Candrawati, nantinya akan dicarikan satu tema yang dapat mewakili semua lagu, sebagai judul album. (231)

Putu Candrawati dalam video musik “Kidung Alam”

About the author