LEGA, itulah yang dirasakan Rose Mystica. Bertahun-tahun menunggu dan berproses, akhirnya ia dapat merampungkan dan merilis rekaman pertamanya, satu lagu berjudul “Loved”. Lagu berdasarkan kisah nyata ini didedikasikan untuk teman special yang pernah sama-sama berjuang untuk bangkit dari masalah kesehatan mental.
Kepada mybalimusic.com, Rose menceritakan bertahun-tahun ia mengerjakan karya ini sejak awal kejadian bersama salah seorang temannya di tahun 2018. Namun lagu ciptaannya tak kunjung diproduksi karena masih ada rasa tidak percaya diri. Namun karena dorongan untuk satu gerakan sosial, ia terus membesarkan semangat, hingga “Loved” bisa dirilis 10 September lalu.
“Lega sekali rasanya. Saya menuntaskan rekaman ini karena saya merasa punya PR untuk membantu menghapus stigma mental illness lewat karya. Saya beranikan diri untuk memproduksi dan belajar mengenai musik produksi dari nol. Berkat banyak orang juga, saya dapat merilis lagu ini dengan harapan bisa menyebarkan pesan yang ingin saya sampaikan,” ujar Rose.
Musisi yang bermain harpa, piano, juga menyanyi ini tak segan mengungkapkan pengalamannya beberapa tahun lalu harus berjuang keras menghadapi masalah kesehatan mental. Bersama salah seorang teman, saling mendukung dan berjuang bersama setelah didiagnosa depresi.
“Berbeda dengan keadaanku yang membaik dengan support orang-orang terdekat yang cukup, sayangnya akhir kisah dia berbeda. Dia memilih untuk menyerah,” cerita wanita yang sudah cukup lama memutuskan untuk menetap di Bali ini.
Gegara kejadian itu pula, sosok yang memiliki cabang sekolah musik Ensikolmusika di Jakarta dan Bali ini sempat sangat terpukul. Ia pun sadar kalau dirinya sangat beruntung mendapatkan support yang dibutuhkan, namun tidak dengan temannya.
“Dari sana aku bertekad, dengan sekecil apapun dampak yang bisa kuberikan, aku ingin membantu menghapus stigma dari mental illness, dan membawa kepedulian tentang mental health dan suicide prevention. Jadi lagu Loved aku tulis untuk teman spesial itu, juga untuk semua orang yang kini sedang berjuang. Percayalah, things will get better,” demikian Rose. (231)
