Svami Luncurkan Mini Album “Hidup”

Svami, dari kiri ke kanan: Arik, YRS, Ade, Gusman, dan Gusde

DAMPAK pandemi berkepanjangan menjadi inspirasi bagi sejumlah musisi yang tergabung dalam grup Svami untuk membuat satu karya. Satu mini album berjudul “Hidup” yang merangkum lima lagu, dirampungkan dalam waktu sekira tiga bulan. Tak hanya dirilis lewat platform musik digital dan media berbagi seperti Youtube, mereka juga melepas karya dalam kemasan box set yang dirancang secara khusus.

“Kenapa kami pilih lagu Hidup  sebagai judul album, ya liriknya sesuai dengan kondisi saat ini karena pandemi. Intinya bagaimana kita tidak menyerah, tetap bergandengan tangan dan saling mendukung satu sama lain,” jelas Menurut Denanda alias Ade Wiwikananda, vokalis Svami didampingi personel lainnya saat temu media di Denpasar, Minggu (21/3).

Ditambahkan, tak hanya untuk lagu “Hidup”, tiga lagu lainnya, “Satus Tiban”, “Ulam Segara” dan “Kenangan” juga terinspirasi dari kehidupan sosial sehari-hari. Selain itu ada satu instrumental berjudul “Pawiwahan” yang turut menampilkan permainan seruling dan Gus Teja. Ade pun tak memungkiri ada nuansa religi dalam lagu-lagu Svami, namun sangat universal dan jauh dari kesan agamis.

Soal keputusan untuk merilis mini album “Hidup” sebagai box set, menurut Ade juga sudah melalui berbagai pertimbangan. Bukan bergaya atau sekadar tampil beda, tetapi materi dalam box set  yang dibandrol dengan harga Rp 200 ribu memang bisa digunakan atau usable.

Selain berisi CD audio mini album “Hidup”, di dalamnya ada gelang lima warna dan buku yang memuat foto-foto dan artwork Svami, juga lirik lagu dan narasi singkat mengenai terciptanya masing-masing lagu. Terinspirasi kenyataan makin berkurangnya bahasa daerah di Indonesia, untuk turut melestarikan bahasa Bali, maka selain pilihan lirik lagu berbahasa Bali, teks pengantar dan narasi dalam buku ini juga menggunakan bahasa Bali, yang disampaikan dengan dua aksara, Bali dan latin.

“Untuk kemasan box set dibuat menjadi wooden box gift, serupa kotak kayu berbentuk buku, dengan kartu tag terbuat dari daun lontar bertuliskan Svami yang bisa menjadi gantungan kunci. Untuk proses ini kami didukung,” jelas Ade.

Mengenai nama grup, musisi yang dulu lama main bersama band Capsoul ini menjelaskan, ada beberapa pertimbangan hingga akhirnya semua personel sepakat memakai nama Svami. Kebetulan band ini seluruhnya didukung personel pria, yang sebagian besar sudah berkeluarga atau menjadi suami. Selain itu, huruf ‘v’ pada nama Svami menandakan kebersamaan kelima personel.

Svami terbentuk 10 Oktober 2020, berawal dari keinginan untuk tetap bisa berkarya di masa pandemi, bermula saat kumpul-kumpul selepas tampil dalam satu acara. Band ini didukung Denanda (Ade Wiwikananda) sebagai vokalis, YRS (Yudi Rama Saputra) bermain bass, Gusde (Baskara Wibawa) sebagai gitaris,  Arik (Gede Arik Yudasmara) memainkan keyboard, dan Gusman (Gusman Adi Yudiana) menggebuk drum.

Karena semua personel yang diajak sudah punya pengalaman bermusik dengan grup jauh sebelumnya, tak sulit untuk menggabungkan mereka. Di tengah keterbatasan yang ada, mereka mencoba menuangkan kemampuan bermusik dengan sepenuh jiwa, hati, dan rasa. Harapan dan impian seluruh personel, mereka dapat meramaikan dan turut melestarikan musik pop Bali. Bahkan ada rencana dalam lima tahun ke depan, Svami secara rutin tiap tahunnya akan merilis mini album dengan komposisi sama, empat lagu dengan lirik dan satu instrumental. (231)

Box set mini album “Hidup” dari Svami

About the author