
BIASA tampil memainkan tuts piano atau keyboard, Erik Sondhy ternyata ingin juga mencoba sesuatu yang baru. Kali ini ia tak hanya memainkan alat musik, tetapi sekaligus menyanyikan sendiri lagu ciptaannya, “Sudah Cukup”. Lagu ini juga menjadi rekaman perdananya sebagai seorang penyanyi.
Apa yang mendorong Erik akhirnya menyanyi, setelah bertahun-tahun menjadi musisi? ”Karena suka aja, jadi ingin menyanyi. Saya rasa untuk lagu ini lebih baik dinyanyikan sendiri, karena ide lagu ini kan dari kisah nyata juga yang saya rasakan,” kilahnya.
Lain dari itu ternyata ada alasan lain bagi musisi kelahiran Denpasar, 10 April 1975 ini untuk menyanyikan sendiri karyanya. Kalau meminta penyanyi lain untuk membawakan atau menyanyikan “Sudah Cukup”, Erik mengaku untuk saat ini tidak punya biaya buat membayar artis. Daripada karyanya lama didiamkan “membeku” bahkan tidak menjadi apa-apa, ia pun memutuskan untuk menyanyikannya sendiri.
Lagu “Sudah Cukup” menceritakan sebuah situasi di mana ada kerinduan uhtuk keluar dari yang namanya zona nyaman atau stagnan situasi.
“Saya juga sekarang sedang berada dalam fase tersebut, tapi setidaknya saat ini saya sedang mencoba untuk keluar dari penjara ‘zona nyaman’ itu dengan melakukan sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Sesuatu yang di luar kebiasaan dan selama ini cenderung saya hindari,” jelasnya.
Erik Sondhy yang dilahirkan dengan nama Eurysondhy Andrean John Imanuel Mangempis, sejak belia sudah menggemari band The Beatles dan punya keinginan menjadi musisi terkenal. Sejak awal sulung dari pasangan seorang pria pemandu wisata asal Manado yang fasih berbahasa Belanda dengan seorang wanita penari dari Bali, Ni Luh Putu Sri Nulatri Sedani ini berlatih bermain gitar, dan selanjutnya juga mulai belajar cara bermain piano.
Sempat “berkelana” di Bandung untuk melanjutkan sekolah sembari menimba pengalaman bermusik, Erik makin intens menggeluti jazz ketika sempat memutuskan tinggal di Yogyakarta. Di kota ini, Erik menemukan banyak teman musisi dan makin jatuh cinta dengan musik Jazz. Dari sini pula ia mengukir prestrasi secara nasional. Barulah tahun 2000 ia kembali ke Bali dan membentuk Jiwa Band bersama Rio Sidik (terompet), Ito Kurdhi (bass), Koko Harsoe (gitar) dan Sonny Riwis (drum). Setelah band ini bubar 2002, dengan formasi Erik (keyboard), Rio Sidik (terompet), Koko Harsue (gitar), Doddy Sambodo (bass) dan Oni Pah (drum) muncul Svara Band.
Tahun 2007, Erik memunculkan Erik Sondhy Project (ESP) dan merilis album pertamanya, “Introducing Trio 07”. Tahun 2012, Erik Sondhy Project bekerja dengan trio bernama Karma Jazz Trio, yang memiliki anggota Erik Sondhy (rhodes), Sandy Winarta (drum) dan Indra Gupta (bass) dan menghasilkan album berjudul “Karma”. Juni 2015, Erik Sondhy pergi ke London, Inggris, untuk merekam album ketiganya di Abbey Road Studio, yang akhirnya dirilis tahun 2016. Album ke-4 “Meditation” dirilis 2017, dan yang terbaru “The Gift of Love” di tahun 2018. Sepanjang kariernya, Erik banyak tampil dengan berbagai artis Indonesia juga musisi luar negeri. Ia juga acap mengisi festival musik jazz baik di Tanah Air hingga ke luar negeri. (231)
