KAWANAN pemusik metal hardcore dari Bali, Parau, merilis karya baru. Di tengah keraguan, kegamangan sebagian besar musisi dan band untuk menggarap album, Parau dengan yakin meluncurkan satu album berjudul “Fortius”. Mereka memilih kesempatan tampil di panggung Pica Fest di Pantai Mertasari, Saur, Sabtu (23/2) sebagai momentum untuk meluncurkan album penuh ini.
“Kami menganalogikan Fortius sebagai kobar semangat untuk menjadi lebih tangguh. Energi mana tertuang ke dalam 11 lagu yang ada di album ini,” ujar Gigox, vokalis Parau.
Sebagaimana album-album sebelumnya, lewat lagu-lagunya Parau masih konsisten menyuarakan semangat perjuangan hidup, kritik sosial, lingkungan dan situasi politik di Indonesia. Tema-teman tersebut dituangkan ke dalam lagu dengan balutan metal hardcore ciri khas Parau yang lebih berekplorasi dengan riff melodic, bernafaskan dengan pukulan pukulan drum death metal.
Kepada mybalimusic.com, Gigox menambahkan, penggarapan “Fortius” terbilang lama, memakan waktu sekitar 7 bulan. Diakui, untuk penggarapan album ini kendalanya banyak sekali, jadi sempat tertunda lama karena masing-masing kesibukannya sudah berbeda dengan era ketika menggarap album-album terdahulu. “Jadi nyicil-nyicil materi album ini sudah cukup lama. Sampai akhirnya berada pada satu momen, semua merasa perlu mengarap materi yang lebih serius untuk album,” jelas Gigox sembari menambahkan, album ini digarap secara mandiri . Di luar drum, proses rekaman, mixing dan mastering dilakukan sendiri.
Jika ada nuansa berbeda di album ini, kiranya tak lain karena masuknya dua personel baru yang mengisi gitar dan drum. Hal ini diakui Gigox menjadikan album “Fortius” menjadi lebih “kaya” secara musikal dari album Parau terdahulu. Selain itu di album ini, Parau berkolaborasi dengan beberapa musisi lain, yaitu Gede Robi (Navicula) di lagu Pembunuh Paus dan Daniel Mardhany (Dead Squad) di lagu Fase Akhir Delusional. Album Fortius bernaung dalam label Armstrecth Record – Bandung, di mana Parau sudah tergabung bersama label ini sejak album ke 2 Somatoform.
Mendahului peluncuran albumnya, Parau sudah merilis video music untuk lagu “Menghujam Kelam” sekaligus sebaga single pertama. Lagu ini bercerita tentang sisi gelap yang dimiliki oleh manusia. Setiap manusia memiliki batas kesabaran, yang dikelola oleh fisik, emosi, dan pikiran. Sisi gelap itu akan muncul dengan sendirinya saat manusia sudah tidak mampu lagi menanggung beban masalah dalam hidupnya.
Terbentuk di Denpasar, September 2002, Parau yang memilih jalur metal hardcore, sedari awal sudah kerap menyuarakan protes sosial dalam balutan komposisi beat metal, riff melodic dan breakdown hardcore dipadu dengan unsur death metal. Parau juga konsisten dalam berkarya, rutin merilis album dari kurun waktu 4-5 tahun sekali, meskipun menurut Gigox, ini tak pernah terpikira atau tidak direncanakan untuk menjadi seperti itu. Album pertama Parau, “Surga Bencana tahun“ dirilis 2006 di bawah bendera Electrohell Record, Bali. Sejak album ke-2, “Somatoform” yang dirilis 2010, Parau ditangani Armstretch Records, Bandung. Kerjasama ini berlanjut untuk album “Ragenaissance” di tahun 2014 dan yang terbaru tahun ini, “Fortius”. Saat ini, Parau didukung formasi Ghigox (vokal), Gusde Oka (gitar), Gung Sincan (gitar), Onche (bass), dan Dika Pratama (drum). (231)