
FENOMENA alam dan berbagai masalah sosial di masyarakat, selalu menjadi ide bagi penyanyi atau grup band untuk menggarap satu karya. Tak terkecuali bagi Reinkarnasi, salah satu grup band lagu berbahasa Bali yang berasal dari Karangasem. Saat ini, mereka tengah menggarap rekaman untuk album baru yang direncanakan berjudul “Kaliyuga”. Album ini diharapkan bisa rilis tahun ini sebagai pembuktian eksistensi Reinkarnasi.
“Kami mengangkat judul Kaliyuga salah satunya karena menurut kami keindahan alam dan budaya Bali sudah terancam. Bukan semata disebabkan faktor bencana alam, melainkan manusianya sendiri yang tamak untuk mengeksploitasi alam tanpa memikirkan untuk ke depannya,” jelas Agung Amba, vokalis Reinkarnasi.
Sebelum merilis secara resmi rekaman yang menjadi album kedua tersebut, Reinkarnasi terlebih dahulu akan memperkenalkan sebagian materi dengan merilis single secara bertahap. Empat lagu yang sudah siap seperti “Kaliyuga”, “Nunas Ampura”, “Pejalan Idup”, dan “Bunga”. “Semoga lagu-lagu yang kami garap di V Studio milik Donnie Lesmana (gitaris Lolot) dan dibantu oleh penata rekaman Hendra (Gecko) ini bisa membawa aura positif untuk kesuksesan album ke-2 kami nantinya,” harap Agung Amba.
Reinkarnasi hingga saat ini masih didukung formasi Agung Amba (vokal/gitar ritem), Gunkya (gitar melodi), Gusde (bass), dan D’fat (drum). Sebagai band berbahasa Bali yang mengusung aliran fusion rock pertama kali muncul 2003 dengan nama Ghaet. Sempat vakum cukup lama, akhirnya mereka pun membentuk ulang band ini dengan formasi baru dan diberi nama Reinkarnasi, sebagai pertanda “kelahiran kembali” grup musik ini. Akhir 2010 menandai pemunculannya, Reinkarnasi merilis album pertama “Rwa Bhineda” yang memuat 8 lagu seperti “Mr. Made”, “Bagus Kaden”, “Kecewa”, dan “Frustrasi”.
“Kami mengambil genre fusion rock karena kami ingin music rock dikenal di Bali bukan hanya di kalangan remaja, tetapi juga bisa diterima di semua kalangan masyarakat,” tambah Agung Amba. Selain itu Reinkarnasi berharap dapat dikenal dengan ciri khas tersendiri dengan aliran fusion rock, di tengah makin ketat dan makin beragamnya aliran-aliran musik baru. Perpaduan suara distorsi gitar yang tebal dan sentuhan klasik, serta suara vokal yang berat, diharapkan dapat menyuguhkan sesuatu yang berbeda bagi para penggemar music rock di Bali. *231