“Tau Diri”, D’Royals Bawa Nuansa Baru

D’ Royals, dari kiri ke kanan: Udic (bass), Awan (vokal), Ongky (gitar), dan Aan (drum)

GRUP musik dari Denpasar, D’ Royals, merilis lagu baru berjudul “Tau Diri”. Dengan semangat menjadikan ini sebagai satu mahakarya, D’Royals mencoba memunculkan nuansa baru, berbeda dari “Lepaskan”, karya perdana yang dilepas Juni lalu.

“Ya, di lagu Tau Diri, kami mencoba suasana baru, bukan hanya dari garapan musik namun juga nuansa video musik. Pada dasarnya kami tetap konsisten, D’ Royals membawakan warna musik pop rock. Hanya kalau di single Lepaskan kami lebih ngepop, untuk Tau Diri kami lebih nge-rock,” jelas Ongky, gitaris juga pencipta lagu saat temu wartawan di Denpasar, Sabtu (18/10).

Ongky tidak memungkiri, meskipun tetap idealis dalam berkarya, D’ Royals juga mencoba mengenali selera publik. Karenanya sebelum meluncurkan mini album, D’Royals berencana merilis empat single terlebih dahulu, dan keempatnya memiliki nuansa berbeda.

“Mungkin dari sana kami dapat menentukan kiranya musik yang mana lebih mengena di pendengar. Namun yang jelas kalau pop, kami tidak akan lebih ngepop dari Lepaskan. Kalau nge-rock, kami tidak akan lebih rock dai Tau Diri. Jadi dua single yang sudah kami lepas ini kiranya sebagai Batasan bagi kami dalam berkarya,” ujar Ongky diamini ketiga personel D’Royals lainnya, Awan (vokal), Udic (bass), dan Aan (drum).

Awan sebagai vokalis menambahkan, tema lagu “Tau Diri” masih relevan, tidak jauh beranjak dari tema lagu di single pertama “Lepaskan”. “Tau diri yang dimaksudkan dalam judul lagu ini, kita tahu batas kemampuan kita dalam satu hal. Begitu juga dalam satu hubungan, kita tau diri jika pada kenyataannya hubungan lebih baik disudahi atau diakhir. Bukan karena ada masalah atau konflik tapi karena secara dewasa kita lebih tahu mana yang pantas dan tidak,” jelasnya.

Lagu “Tau Diri” tidak hanya menampilkan nuansa musik mandarin pada intro, namun video musik juga digarap dengan latar belakang bernuansa Chinese. Ketika dikonfirmasi mengenai hal ini, Ongky mengatakan ide untuk menampilkan nuansa Chinese muncul secara spontan saja, meskipun pengadegan termasuk filosofi minum teh relevan dengan kisah lagu.

“Jika pada lagu Lepaskan kami mengangkat nuansa modern dengan gambaran gedung-gedung, kali ini kami terpikir mengangkat suasana khas bernuansa budaya. Karenanya sempat terpikir menggarap video bernuansa Italia, hingga Chinese. Suting kami lakukan di beberapa tempat di Jakarta yang suasana lingkungannya mendukung ide kami. Namun setelah ditimbang-timbang, kami memakai nuansa Chinese, yang sutingnya dilakukan di daerah Pecinan di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Melengkapi gambar penampilan band, kami suting di areal Vihara Satya Darma, Benoa,” jelas Ongky.

Untuk mewakili tema lagu, seluruh personel D’ Royals “dipaksa” berakting. Ini menjadi pengalaman baru seperti yang dirasakan Udic, pemain bass. Udick mengaku sesungguhnya tidak bisa berakting, namun setelah dilakukan dan melihat hasilnya, ia merasa cukup puas. Begitu juga dirasakan Aan, yang digoda personel lainnya susah senyum di depan kamera.

Video musik “Tau Diri” D’ Royals

Meskipun baru memperkenalkan diri lagi ke publik lewat “Lepaskan” Juni lalu, personel D’ Royals bukanlah orang-orang baru di musik. Sejak remaja masih di bangku sekolah pada awal 2000-an, mereka sudah kerap asah kemampuan bermusik dengan mengikuti berbagai kompetisi atau festival.

Sebelumnya, Ongky dikenal dengan band Voice 69 yang bahkan sempat mewakili Bali berlaga di ajang kompetisi band tingkat nasional. Awan dan Aan sebelumnya bergabung di band Hozhi yang juga acapkali memenangkan kompetisi. Sedangkan Udic bergabung dengan band Shizimaru.

Berawal dari band dengan latar belakang musik berbeda, seluruh personel sepakat untuk meredam ego bermusik masing-masing, dan memunculkan satu karakter baru untuk D’ Royals. Masing-masing berusaha tidak menonjolkan diri masing-masing ketika mengisi bagian dalam lagu-lagu yang direkam. Tujuannya hanya satu, sebagai musisi merasa ada tantangan untuk membuat jejak, satu ‘peninggalan’ berupa karya rekaman sendiri. (231)

About the author