Generasi Bernyali Orbitkan Tiga Band Terpilih

Tiga band hasil inkubasi Regenerasi Bernyali: Matilda, Astera, dan Soulfood

SETELAH melalui bulan-bulan penuh “perjuangan”, program Regenerasi Bernyali yang digagas Pohon Tua Creatorium (PTC) sampai pada titik publikasi karya. Tiga band yang ditempa melalui program ini, Soulfoof, Matilda, dan Astera, akhirnya merilis secara resmi album karya mereka. Perilisan ditandai dengan temu media sekaligus showcase, 13 Agustus lalu.

Dadang Pranoto dari PTC memaparkan bagaimana awal munculnya ide membuat program Regenerasi Bernyali, juga proses yang dilalui setidaknya dalam enam bulan terakhir ini. Berawal dari kegelisahan untuk memunculkan nama-nama baru yang akan turut meramaikan dan meneruskan denyut kehidupan bermusik di Bali. Bersama sejumlah rekan seperti Kristian Dharma, Deny Dharma, dan Mas Goen, PTC merancang satu perubahan besar bagi para musisi muda di Bali.

Bagi tiga grup yang “terpilih” untuk menjadi gelombang pertama program ini, menghasilkan satu album adalah hal yang sangat membanggakan. Meskipun masing-masing sudah pernah berkarya sebelumnya, namun di program Regenerasi Bernyali ada banyak sentuhan, pengalaman dan pelajaran tak hanya kreativitas dalam bermusik namun juga beberapa aspek lain di seputarnya..

Dalam perjalanan panjang ini, para musisi tidak hanya menjadi kreatif dalam berkarya, tetapi juga membangun pengetahuan yang kuat mengenai proses rekaman yang tepat serta teknis-teknis yang mendukungnya. Tujuannya agar musisi memiliki landasan pengetahuan dalam manajemen band, pemasaran, serta aspek teknis dalam rekaman. Beberapa workshop telah diadakan, termasuk yang berfokus pada penulisan press release.

“Program ini tidak hanya tentang musik, tetapi juga tentang membangun pondasi yang kuat bagi para musisi muda untuk tumbuh dan berkembang di industri yang kompetitif. Kami memiliki visi untuk melampaui batas-batas yang ada dan memungkinkan musik-musik mereka dimainkan di manapun,” ujarnya.

Dadang SH Pranoto

Untuk satu mimpi besar dan kerja yang tak mudah, Dadang mengakui kalau di tengah keterbatasan anggaran, ia dan kawan-kawan hanya bermodal semangat besar. Karenanya kehadiran sponsor yang memahami dan sejalan dengan visi PTC tentulah sangat membantu.

Menurut Saylow yang bertindak sebagai project management dan tur, untuk menciptakan alternatif baru yang memicu regenerasi dalam musik Bali, kendalanya selalu diproduksi, biaya produksi, equipment, dan lainnya.

“Sebelumnya musisi secara referensi sudah mengakses internet, tetapi dalam perjalanan musik, biasanya stagnan, ada hal-hal yang tidak biasa terpecahkan. Program Regenerasi Bernyali hadir untuk mengatasi masalah tersebut,” ungkap Saylow.

Kristian Dharma sebagai co-producer mengatakan waktu 6 bulan untuk mengkonsep dan menggarap album tiga grup band sangat mepet padat jawalnya. Bisa dikatakan, waktu untuk satu produksi terbilang sangat singkat.

Di bagian lain, tiga band yang menjadi Angkatan pertama Generasi Bernyali, Matilda, Soulfood, dan Astera menyatakan proses yang mereka lalui hingga rilis album menjadi sangat berarti. Matilda akhirnya menyodorkan album “Cosmotopia”, Soulfood memperkenalkan “Amesigenalew”, dan Astera memunculkan “Better Days”.

“Bagi kami, membuat album itu seperti menyelesaikan skripsi bagi mahasiswa. Tentu selain karena memang ketika awal bergabung di PTC, kami memang ditargetkan bukan membuat single, tapi album,” komentar Ewa dari Matilda, dan diiyakan band lainnya.

“Selama proses yang sangat berpengaruh, setiap band di sini semakin dipush dan semakin berkomitmen, membagi waktu, dan lainnya. Kami berhasil membuat 20 lagu dalam sebulan,” komentar Candra dari Astera.

Lain lagi pandangan Bam dan Soulfood yang menyatakan mereka cuma punya nyali, tetapi nggak punya banyak uang. “Di Generasi Bernyali, step-nya jelas, kami selalu dipaksa untuk selalu siap dan presisi. Karena mental musisi biasanya pemalas, jadi Regenerasi Bernyali sangat bermanfaat untuk teman-teman Soulfood untuk berkembang kembali tentang pengetahuan dan keterampilan,” pungkasnya. (231)

About the author