Tu Edi Lebih Nge-Rock Bersama “I Luh”

Tu Edi

KASIH tak sampai, cinta yang harus berakhir karena orangtua tak setuju? Ah, tema yang sudah sangat jamak entah sudah puluhan, ratusan bahkan mungkin ribuan kali diangkat menjadi sebuah lagu.

Walau begitu, tema ini tak pernah lekang dimakan jaman, apalagi jika bisa digarap secara kekinian dengan warna musik berbeda pula. Sebagaimana muncul dalam “I Luh”, satu lagu baru yang dibawakan solois Tu Edi. Mulai dipublikasikan tepat 1 Februari lalu, lagu ini mengungkapkan perasaan seorang pria yang harus rela menerima perpisahan, karena kisah kasihnya tidak direstui orang tua salah satu pasangan.

“Yang agak beda, lagu ini saya garap dengan nuansa rock, untuk mempertegas isi atau lirik dari lagu ini. Meskipun kisah lagu seperti ini tergolong sudah lazim aneh di masyarakat, namun saya senang dan bangga bisa membawakannya dengan karakter vocal saya sendiri,” ujar Tu Edi ketika dihubungi mybalimusic.com, Sabtu (8/2).

Meskipun paham kalau persaingan di kancang musik pop Bali terbilang susah ditebak, namun Tu Edi mengaku tetap semangat berkarya. “Astungkara, dengan niat tulus dalam berkarya dan selalu belajar untuk menggali potensi diri lebih dalam lagi, dapat mendewasakan diri saya untuk mengukir karya karya lainnya ke depan,” ujarnya.

Terakhir sebelumnya penyanyi bernama lengkap Putu Ediawan ini merilis lagu bernuansa spiritual “Ratu Tuan” akhir 2018. Pengagum penyanyi pop Bali seperti Widi Widiana dan Panji Kuning ini mengaku sudah mulai tertarik dengan lagu Bali sejak masih duduk di bangku SD. Ia pun suka mencoba belajar secara mandiri, menyanyi dan olah vokal.

Di bawah bendera Kencana Pro pimpinan Ary Kencana, ia sempat merilis sejumlah lagu seperti “Sing Butuh Adi”. Selain menyanyi, ia juga menciptakan sejumlah lagu pop Bali yang ia gunakan sendiri karena kecintaannya terhadap lagu Bali itu sendiri. Bagi pria yang sehari-harinya bekerja di salah satu hotel di kawasan Seminyak ini, menyanyi adalah hobi terindah dalam hidupnya sejak dulu, dan masih setia ia geluti hingga saat ini. (231)

About the author