Perkenalkan, Inilah Vaha yang “Tak bisa Mendua”

Vaha1
Band Vaha, dari kiri ke kanan: Yustinus, Nurul, Rheta, Arie, Erik, dan Andro

KALAULAH ditanya soal sudah berapa terbentuk, band dari Bali ini tergolong sangat anyar. Mereka baru terbentuk 15 Desember silam, jadi benar-benar masih gres. Namun jangan tanya soal pengalaman bermusik personel. Pun jangan tanya bagaimana semangat dan harapan besar mereka akan band ini. Ya, walau baru jalan masuk bulan ketiga, band yang mengusung lagu-lagu bertema cinta yang enerjik ini malah sudah punya lima lagu sendiri untuk materi rekaman. Satu lagu mereka “Tak Bisa Mendua” untuk pertama kali dinyanyikan dalam penampilan mereka di Paris Cat Jazz Club di Petitenget, Kerobokan, Kuta, Kamis (23/2).

“Ini untuk pertama kalinya kami akan menyanyikan Tak Bisa Mendua, sekaligus memperkenalkan band kami secara lebih luas kepada masyarakat,” ujar Arie, peniup saksopon Vaha kepada wartawan di Petitenget usai sound check untuk persiapan pentas malamnya.

Dijelaskan, lagu tersebut akan menjadi single pertama Vaha yang akan dirilis paling lambat akhir Maret mendatang. Sedianya, mereka akan melempar setidaknya dua atau single dahulu dalam kurun waktu beberapa bulan ke depan, sebelum berencana merilis album penuh sebelum akhir tahun ini. Rencana ini juga menunjukkan keseriusan Vaha dalam bermusik, bukan sekadar iseng kumpul nge-band.

Vaha memang didukung musisi yang sudah kenyang dengan pengalaman manggung tak hanya secara nasional namun juga internasional, yakni Erik Sondy (piano, vokal), Rheta Arheta (vokal), Andro Yopie (bass), Yustinus Oscar (gitar) Arie Kurniawan (saksopon), dan Nurul Khatulistiwa (perkusi). Erik, sang pianis sudah berpengalaman dengan banyak band, termasuk merilis album sendiri yang direkam di Abbey Road, London (2016). Rheta Arheta sebagai vokalis sudah keliling Indonesia sejak 2001 sebagai penyanyi untuk cover band, bahkan sempat bergabung dengan band internasional dan main di Abu Dhabi, Dubai, Malaysia, Cina, dan Maroko. Andro Yopie bassist band ini sempat melakoni beberapa tur di Jepang bersama Gangsadewa band, atau tur ASEAN bersama Paracetamol Ubud dan Singapore Jazz Club concert bersama Nita Aartsen Trio. Sementara itu Yustinus sebagai gitaris kerap tampil di berbagai festival musik di Tanah Air. Nurul sebagai pemain perkusi juga sudah berpengalaman tur di Asia bersama Javaica Percuision, selain masih aktif bersama Khatulistiwa Ethnic Fusion dan Swara Nusantara. Terakhir, Arie Kurniawan turut terlibat dalam project sejumlah artis dan myusisi Indonesia. Bahkan hingga saat ini juga masih kerap tampil bersama KLa Project.

Dengan latar belakang dan pengalaman bermusik tersebut, wajar jika Erik Sondy menegaskan kalau Vaha dibentuk bukan sekadar iseng sambil lalu, namun akan digarap serius dengan orientasi industri musik tentunya. Hal ini juga sejalan dengan makna nama Vaha (dari bahasa Sanskerta, yang berarti laut terbuka, lautan luas), bahwasanya mereka bermusik dengan harapan bisa bermain dan dikenal tak hanya di Bali, namun juga secara nasional bahkan internasional. Begitu pula dengan jenis musik yang dimainkan, meski diakui sebagian besar personel punya latar belakang jazz, namun Vaha dibentuk sebagai band yang memainkan musik secara luas tanpa batas.

“Jadi musik jazz itu sebagai bekal saja bagi kami, karena pada prinsipnya kami tidak ingin mengotakkan diri dengan aliran musik yang kami mainkan,” tambah Erik.

Tentang single “Tak Bisa Mendua” yang diciptakan Arie dengan ide lirik lagu dari Rheta, masih digarap secara mandiri tanpa melibatkan produser atau bahkan label rekaman. “Ya mudah-mudahan ke depannya, tak menutup kemungkinan kalau ada produser yang tertarik untuk memproduseri rekaman single berikutnya bahkan mungkin memproduseri album kami,” harap Arie. (231)

Vaha2
Band Vaha, dari kiri ke kanan: Nurul, Arie, Yustinus, Rheta, Erik, dan Andro

About the author