Musik dan Kebersamaan dalam Keberagaman

BMO1UNTUK menyuarakan kritik sosial, untuk meneruskan pesan moral, tak harus dengan turun ke jalan. Jika penulis punya kata-kata, maka musisi punya alunan irama yang dapat dijadikan sarana untuk menunjukkan kepedulian sosial. Suasana itu terasa sekali ketika sederetan grup band seperti Superman Is Dead (SID), Navicula, The Brews, Scared Of Bums (SOB), The Djihard, The Sneakers dan Patrick The Bastard sepanggung dalam satu gelaran “Musik Untuk Bhinneka” di Lingkar Art Space, Denpasar, 11 Juni lalu.

Selain karena memang penggemar masing-masing band, juga karena misi untuk menyuarakan kebersamaan dalam keberagaman, ribuan penonton memadati pelataran Lingkar Art Space yang dijadikan tempat acara. Tak pelak, kepadatan penonton meluber hingga ke trotoar. Semuanya seakan larut merayakan keberagaman dengan suguhan musik yang berlangsung hingga menjelang tengah malam.

Layaknya konser musik yang membawa pesan moral dan kritik sosial, grup yang tampil selain menyanyikan lagu masing-masing, juga membawakan lagu cover version bernafaskan perlawanan, diselingi pembacaan puisi karya Wiji Thukul. Menurut Dodix sebagai penggagas acara, konser digelar murni dari ide untuk membuka wawasan anak muda akan terancamnya kebhinnekaan di Indonesia saat ini. Terlebih manakala ormas-ormas anti kebhinnekaan memanfaatkan momen pilpres untuk menguatkan posisi tawar politik mereka.

“Konser musik ini tak ada hubungannya dengan kampanye capres manapun. Biaya produksi konser murni kami biayai sendiri. Kita berharap anak-anak muda berhati-hati dalam memilih capres-nya,” ujar Dodix sembari menambahkan, selain sebagai perayaan keberagaman, acara tersebut juga menyuarakan ketidakadilan dan perlawanan terhadap pihak yang anti keberagaman.

”Kita ingin generasi pemilih pemula cerdas memilih siapa capresnya. Kita berdiri disini mempertahankan kebhinnekaan dari ancaman orang atau lembaga yang anti keberagaman. Kita tidak mau Bhinneka dibunuh oleh penyeragaman,” tegas pria yang juga sebagai manager Superman Is Dead ini.

Bagi SID sendiri, gerakan sosial sudah mereka lakoni sejak awal-awal terbentuk ketika masih jaman pemerintahan Orde Baru, hingga kini terjadi ancaman terhadap keberagaman, juga ancaman terhadap perusakan lingkungan dengan kedok perekenomian. “Kami tidak memihak capres manapun, kami hanya melanjutkan perjuangan yangg sudah kami lakukan sejak lama. Kami tidak mau fasis dan perusak-perusak alam menang. Demi bangsa kami Indonesia yang tetap Bhinneka dan alam rumah kami, Bali yang tetap lestari, kami akan melawan,” komentar Jerink, drummer SID.

Jerink menegaskan, ia tidak melarang untuk memilih salah satu capres manapun. Namun menurutnya ada satu hal yang perlu digarisbawahi, bahwa memenangkan seorang capres sama dengan memenangkan agenda para pendukung capres itu. “Jika kalian memilih capres yang didukung oleh ormas anti keberagaman, itu artinya kalian juga ikut menguatkan posisi politik ormas itu. Demikian juga jika kalian memilih capres yang didukung oleh para perusak alam, itu artinya kalian menguatkan posisi politik si perusak alam tersebut,” imbaunya kepada seluruh penonton. *cdr

About the author